
Undangan Pelaksanaan Kegiatan Rumah Moderasi Beragama Pada Kampung Moderasi Binaan STAKPN Sentani Tahun 2025
10/07/2025
MEDSOS: Media Pendidikan, Media Pelayanan Kasih Dan Media Pelayanan Rohani
15/07/2025SENTANI—Dalam upaya merawat harmoni dan memperkuat semangat kebersamaan antarumat beragama di Tanah Papua, Rumah Moderasi Beragama STAKPN Sentani menggelar kegiatan Anjangsana Lintas Agama Rumah Moderasi STAKPN Sentani yang dilaksanakan di Pura Agung Giri Cyclop, Kelurahan Hinekombe, Sentani pada Selasa, 15 Juli 2025. Kegiatan ini mengusung tema “Moderasi Beragama Berdasarkan Perspektif Agama Hindu” dan dihadiri oleh para dosen, tenaga kependidikan STAKPN, dan umat Hindu setempat.
Ketua Pokja Moderasi Beragama STAKPN Sentani, Dr. Alfius Aninam, M.Pd, dalam laporannya menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan kelanjutan dari program nasional Kementerian Agama RI, yaitu ASTA PROTAS, yang digaungkan melalui berbagai satuan kerja, termasuk STAKPN Sentani.
“Kita hadir untuk menguatkan pemahaman moderasi beragama sebagai bagian dari tugas pendidikan tinggi keagamaan, sekaligus merespons kebutuhan riil masyarakat akan ruang perjumpaan yang hangat dan penuh makna lintas iman,” ujarnya.
Sementara itu, dalam sambutan Ketua STAKPN Sentani, Dr. Fredrik Warwer, M.Th, menggarisbawahi bahwa moderasi beragama bukan sekadar slogan, melainkan suatu praksis hidup: “Moderasi beragama adalah perjalanan ke dalam diri. Kita belajar mendalami iman kita sambil menghargai iman orang lain. Ini tentang hidup bersama, bukan hidup berdampingan secara diam-diam, melainkan dalam kasih dan pengertian yang aktif,” ucapnya.
Lebih jauh, ia menyoroti pentingnya perspektif ekologis dalam moderasi beragama. “Ketika kita merusak alam, kita sesungguhnya sedang merusak harmoni yang dikehendaki Sang Pencipta. Moderasi sejati juga mencakup tanggung jawab merawat ciptaan,” tambahnya.
Ketua PHDI Kabupaten Jayapura, I Dewa Gede Alit, M.H., dalam sambutannya menyambut hangat kegiatan ini dan menyatakan bahwa kolaborasi seperti ini membuka jalan bagi pemeliharaan nilai-nilai toleransi dan cinta damai di tengah masyarakat. “Semoga kegiatan ini menjadi kontribusi nyata bagi perawatan batin umat lintas agama di tanah ini,” ungkapnya.
Sesi inti disampaikan oleh Dr. Ida Bagus Gede Surya Peradantha, M.Sn, dosen ISBI Tanah Papua, yang membawakan materi bertajuk “Moderasi Beragama dalam Perspektif Hindu Melalui Seni Budaya”. Dalam pembukaannya yang puitis dan menggugah, beliau menyampaikan:
“Di tanah yang kaya akan keberagaman seperti Papua, harmoni bukanlah kebetulan. Ia adalah komitmen bersama. Moderasi sejati tidak berhenti pada toleransi permukaan. Ia menuntun kita menggali nilai-nilai universal, spiritual, dan kemanusiaan yang esensial sebagai fondasi hidup berdampingan.”
Dr. Surya memaparkan ajaran Hindu tentang moderasi beragama berdasarkan teks-teks suci seperti:
- Tat Twam Asi (Chandyoga Upanishad 6.8.7) Engkau (atman) adalah itu (brahman);
- Ayam nijah paro veti ganana laghuchetasaam Udaracharitaanaam tu Vasudhaiva Kutumbakam (MahaUpanishad 6.71-73) Arti: “Ini milikku, ini milik orang lain”, pemikiran ini adalah milik orang-orang yang berpikiran sempit atau picik. Bagi mereka yang berhati mulia, seluruh dunia adalah satu keluarga.
- Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa Sutasoma (139:5)
- Tri Hita Karana; Tiga Unsur Penyusun Kebahagiaan: Parahyangan, Pawongan, Palemahan
Beliau juga menegaskan bahwa seni memiliki kekuatan transenden sebagai jembatan spiritual lintas budaya. Dalam seni, nilai-nilai luhur agama dan kemanusiaan bertemu, menyentuh sisi terdalam manusia dan membuka ruang untuk refleksi spiritual yang melampaui batas sekat-sekat sosial.
Sebagai penutup acara, Pak Wayan Suasta, Tetua PHDI Kabupaten Jayapura, menyampaikan pesan mendalam dari ajaran Weda bahwa tujuan tertinggi agama Hindu adalah mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan jasmani (Mokshartham Jagathitaya Ca Iti Dharma). Untuk mencapai hal tersebut, beliau menjelaskan tiga kerangka utama:
- Tattwa (Filsafat): Pendalaman ajaran melalui pemahaman spiritual.
- Susila (Etika): Praktik mengendalikan pikiran, perkataan, dan perbuatan.
- Upacara (Yadnya): Perwujudan spiritual melalui ritual yang tulus dan ikhlas.
Kegiatan ini bukan hanya menjadi ruang tukar gagasan antar iman, tetapi juga meneguhkan kembali peran kampus STAKPN Sentani sebagai penjaga nilai-nilai moderasi yang hidup dan bergerak. Dalam atmosfer yang sarat makna, seluruh peserta meninggalkan Pura Agung Giri Cyclop dengan semangat baru: semangat menjaga persaudaraan dalam keberagaman, dan merawat bumi sebagai rumah bersama bagi seluruh ciptaan.
#Penulis: Yakob G.M, #Design: Robyn.B.P, #Editorial: Gusti. N.P.